Sabtu, 04 Juni 2011

Aku dan Angin Mamiri





Aku lelah mendengar kecamuk batinku,  aku pongah dengan nalarku yang terus membabibuta dan membombardir hatiku, aku ingin tenang ! tanpa keluh tanpa keresahan yang takpernah rela meninggalkanku, rasanya ingin kulupakan kalau aku tercipta dengan hati dan akal, aku tersendat diantara gemuruh mendung yang terus berarak menyemaikan senja ini. Mencoba untuk terus berdiri dan memahami teori kemungkinan ciptaanku.

***
Akan kembali kunikmati secangkir kopi bersamanya, sekedar untuk menelan ludah kepiluanku yang terlanjur meludahiku. Ya ! telah lama kutinggalkan rutinitasku bersamanya, aku pergi meninggalkannya tanpa kalam tanpa salam dan datang kembali tanpa sapaan. Aku masih seperti basanya, aku tak akan setia. Kenapa harus setia? Setia menyakitkan,  setia membelot ketegaranku jika kau nantinya akan pergi meninggalkanku menikmati secangkir kopi dengan hanya berteman lamunan.

***

Hidup ini penuh kenikmatan, kenapa harus kuabaikan dengan kesuramanku yang tak menentu? aku hanya akan merugi jika terus-terusan limbung dan larut. Aku harus tetap berdiri. Mencoba untuk kembali mengais sepotong asaku yang sempat terbuyarkan oleh angin mamiri.





0 komentar:

Posting Komentar